
Valorant vs Counter-Strike 2: Mana Lebih Populer di 2025?
Valorant vs Counter-Strike 2 panggung kompetitif first-person shooter (FPS) global didominasi oleh dua game raksasa.
Kedua permainan ini tidak sekadar menawarkan sensasi baku tembak yang intens, tetapi juga menyajikan lanskap esports yang luas, komunitas yang militan, serta pengaruh budaya digital yang tak terbantahkan. Namun, pertanyaannya kini adalah mana yang lebih populer di 2025?
Untuk menjawabnya secara objektif, kita harus mengkaji berbagai aspek: jumlah pemain aktif, ekosistem turnamen, daya tarik penonton, dukungan pengembang, serta dampak komunitas global. Mari kita bedah satu per satu.
Basis Pemain Aktif
Secara historis, Counter-Strike telah memiliki akar kuat sebagai FPS kompetitif sejak era 1.6 hingga Global Offensive (CS:GO). Namun, peluncuran Counter-Strike 2 pada 2023 membawa penyegaran besar dengan mesin Source 2, peningkatan grafis, dan sistem server sub-tick yang menjanjikan gameplay lebih presisi.
Meski demikian, Valorant, rilisan Riot Games sejak 2020, terus mencatat pertumbuhan eksponensial. Dengan gaya permainan taktis mirip CS tetapi dibumbui elemen agen dan kemampuan unik, game ini berhasil merebut segmen pemain muda dan komunitas kasual yang ingin sensasi lebih dinamis.
Per April 2025, data dari platform pelacak game global mencatat:
- Valorant memiliki lebih dari 22 juta pemain aktif bulanan.
- CS2 mencatat sekitar 18 juta pemain aktif bulanan.
Meskipun selisihnya tak ekstrem, tren kenaikan Valorant lebih stabil dibanding fluktuasi pemain CS2, yang kerap dipengaruhi oleh update besar maupun drama komunitas.
Panggung Esports Permainan
Dalam ranah esports, Counter-Strike tetap mempertahankan status sebagai ajang prestisius. Turnamen seperti PGL Major, IEM Katowice, dan BLAST Premier menyedot puluhan juta penonton setiap musimnya. Basis profesional CS2 juga masih menjadi acuan taktik dan disiplin FPS tingkat tinggi.
Namun, Valorant Champions Tour (VCT) yang dikelola Riot berkembang menjadi ekosistem kompetitif dengan struktur yang solid, liga franchising, dan partisipasi organisasi esports papan atas. Keunggulan Riot terletak pada integrasi antara in-game client dengan penayangan langsung, sistem drops, hingga sinergi konten kreator yang masif.
Statistik penayangan 2025:
- Valorant Champions 2025 mencetak peak viewership 2,6 juta penonton.
- PGL Major CS2 Paris mengumpulkan peak viewership 1,9 juta penonton.
Dominasi Riot dalam hal produksi dan strategi media menjadikan Valorant tampak lebih “populer secara visual,” meski CS2 tetap unggul dalam hal teknikalitas permainan.
Baca Juga:
Dukungan Developer Game
Salah satu faktor krusial dalam keberlangsungan game kompetitif adalah seberapa aktif pengembang mendukung ekosistemnya. Dalam konteks ini, perbedaan mencolok terlihat antara Riot Games dan Valve.
Riot secara konsisten:
- Menghadirkan patch berkala setiap dua minggu.
- Meluncurkan agen dan map baru secara teratur.
- Berinteraksi langsung dengan komunitas melalui developer diaries, dev-streams, dan feedback loop.
Valve, di sisi lain, dikenal dengan pendekatan “diam-diam tapi berdampak”. Mereka jarang memberi roadmap, minim komunikasi publik, dan lebih fokus pada penyempurnaan teknikal dalam diam.
Meskipun CS2 membawa fitur seperti CS Ratings, Premier Mode, dan peningkatan server, banyak pemain merasa kurang didengar. Sebaliknya, Riot mendapat pujian atas responsif mereka dalam menyeimbangkan permainan dan merawat komunitas.
Kekuatan Komunitas Pemain
Valorant kini dianggap sebagai game FPS paling “mainstream” di platform seperti TikTok, YouTube Shorts, dan Twitch, dengan segudang konten viral yang membahas momen clutch, voice line lucu agen, serta highlight permainan cepat.
Agen-agen seperti Jett, Chamber, dan Fade telah menjadi ikon budaya digital, menyaingi karakter dari game seperti Overwatch atau Apex Legends.
Sebaliknya, CS2 memiliki komunitas yang lebih “serius” dan berorientasi pada kompetisi murni. Kultur meme dan kontennya cenderung lebih niche, mengakar dalam komunitas veteran.
Dari sisi demografi, Valorant lebih menarik bagi pemain usia 15–25 tahun, sementara CS2 cenderung kuat di kalangan pemain berusia 20–35 tahun.
Mana yang Lebih Populer di 2025?
Jika melihat dari berbagai indikator jumlah pemain, penonton esports, engagement sosial media, dan inovasi konten Valorant berada di atas angin di tahun 2025. Permainan ini telah melampaui status sebagai sekadar game FPS. Ia menjelma menjadi platform interaksi digital dengan atmosfer kompetitif yang menggoda, terutama bagi generasi yang tumbuh bersama internet, warna neon, dan avatar.
Namun jangan buru-buru mengubur Counter-Strike 2. Meski kalah dalam hiruk pikuk popularitas, ia tetap menjadi kuil suci bagi para pencinta kejelasan taktik, duel murni, dan permainan presisi tingkat tinggi. CS2 mungkin bukan yang paling viral, tapi ia tetap menjadi tolok ukur sejati keahlian FPS.
Buat kalian yang ingin mengetahui mengenai game-game menarik yang ada di dunia. Anda bisa kunjungi Game Online Indonesia yang dimana akan mengulas sampai tuntas mengenai game yang anda ingin mainkan.
- Gambar Utama dari rogcommunity.id